24 Januari 2014

Batik Kultur by Dea Valencia Raup Omzet Ratusan Juta Rupiah

Dea Valencia Budiarto, alumni Universitas Multimedia Nusantara dari program studi Sistem Informasi angkatan 2009, merupakan pemilik Batik Kultur, sebuah merk dagang  yang menjual baju batik non printing. Dea, sapaannya, mengaku usahanya berawal dari kecintaannya pada kain batik.
“Awalnya saya suka mengkoleksi batik antik (kuno), dari situ muncul ide untuk jualan baju batik,” Jelas Dea almuni SMA Karangturi Semarang ini yang sudah meraih gelar sarjana di usia 19 tahun.
Batik Kultur dimulainya saat masih duduk di semester tiga. Penjualannya menggunakan facebook dengan produk awal sebanyak 20 potong pakaian. Kini Dea mampu menembus angka 600 potong pakaian perbulannya dengan 27 orang pegawai.

Untuk berjualan melalui facebook,Dengan hanya model pemasaran seperti itu saja. Dea memberikan rahasianya yakni memasukkan foto pribadi hingga foto keluarga jadi orang percaya untuk membeli. “Facebook harus kaya akan konten. Pesan tidak hanya selalu mengenai penjualan,” katanya. Selain itu untuk membangun calon konsumen. Dea tidak segan berteman dengan konsumen potensial. Hal ini tentunya dilakukan dengan survei.Selain itu penggunaan sistem keamanan pada facebook juga penting. Sistem tersebut membuat tiap kali ada device baru akan login ke akun Batik Kultur, diperlukan password facebook dan security code yang dikirimkan ke ponsel pemilik akun. Dari berjualan melalui facebook omzet Dea sebulan bisa mencapai 250 juta.
Ketika ditanya rahasia kesuksesannya Dea mengaku, “Sebagai seorang entrepreneur harus memahami selera market. Batik Kultur membidik target wanita karier dan ibu-ibu yang sudah memiliki anak. Meskipun begitu saya tengah mencoba masuk ke anak muda karena mereka lebih sering menggunakan pakaian yang motifnya berbatik,bukan batik itu sendiri. Batik adalah proses dimana kain mori di warnai dengan wax resist dying, yakni menggunakan lilin. Saat ini Dea juga mengembangkan batik tulis sendiri sehingga kualitas bahan dan motif dapat terjaga.Design baju batik dengan konsep gabungan modern dan traditional yang tetap menonjolkan ciri khas budaya Indonesia,Dea aplikasikan, model batik agar bisa digunakan berbagai kalangan dan usia, karena busana batik modern bisa dijadikan dress batik modern yang cantik untuk ke pesta, blus dan kemeja batik formal untuk ke kantor dan model baju batik casual untuk acara non formal, dari baju - baju yang saya jual memiliki cirikhas tersendiri,disamping barang yang saya jual tidak bisa di beli di semua tempat.”
Dalam usahanya ini Dea merangkak dari bawah, tidak langsung besar,ketekunan dan pantang menyerah yang terus menyemangati untuk terus maju " Ther is no elevator to success you have to take the stairs " Kesuksesan bukanlah sesuatu yang di dapat dengan instan dan mudah, maka dari itu mulailah kita berwirausaha sejak mudah ujarnya.
Selain membuka lapangan pekerjaan, Dea juga memberdayakan orang-orang difabel seperti tuna rungu dan tuna wicara. Mengenai hubungan antara usahanya dan jurusan yang dia ambil ketika kuliah, Dea menjawab, “Di program studi Sistem Informasi, saya belajar cara membuat program yang berkaitan dengan sistem produksi. Juga tahu bagaimana production cycle yang efektif dan efisien, selain itu juga saya mendapatkan mata kuliah e-bisnis. Saya akui kurikulum di UMN menerapkan teori dan praktek yang sangat berimbang, sehingga sangat membantu saya dalam mewujudkan usaha Batik Kultur."
Saat ini Batik Kultur tengah dalam pengembangan website untuk mengeruk market yang lebih luas seperti konsumen internasional, juga menyediakan item ready stock.  Dalam waktu dekat ia akan membuka toko pertama di Semarang. Sukses selalu buat Dea!

0 komentar:

Posting Komentar